Mengenal Model Pembelajaran Problem Based Learning ~ Pada tahun 2014 wajah pendidikan di Indonesia dirubah, yakni dengan mengganti kurikulum baru kurikulum 2013 yang lebih menekankan kreatifitas anda/siswa dalam proses belajar-mengajar, sehingga harapnya proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan tidak monoton. Salah satu metodhe ataupun model pembelajaran digunakan dalam kurikulum 2013 ialah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan suatu masalah (Kamdi, 2007: 77). Dengan model pembelajaran Problem Based Learning ini harapannya siswa lebih tanggap terhadap suatu malasalah.
Pada dasarnya model pembelajaran Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dalam lingkup aktifitas sehari-hari sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah, serta dengan model PBL ini harapannya anak/siswa memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning mempunyai beberapa karakteristik yang diantaranya seperti:
- Proses belajar dimulai dengan satu masalah
- Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa,
- Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu
- Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri,
- Menggunakan kelompok kecil, dan
- menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.
Jadi berdasarkan uraian di atas, bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning bisa diartikna pembelajaran yang dimulai oleh adanya masalah, dimana dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk bisa memecahkan masalah tersebut. Untuk selanjutnya siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Misalnya saja, dalam proses belajar masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dengan begitu para pengajar/guru dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan metodhe pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.
Jadi bisa di tarik kesimpulan Model Pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis. Model Pembelajaran PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena dengan PBL akan terjadi pembelajaran yang bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah akan membuat mereka menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukannya. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana konsep tersebut diterapkan. Selain itu melalui PBL ini siswa dapat mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara berkesinambungan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
Selanjutnya ada beberapa langkah cara menerapkan Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau mungkin juga diberikan oleh guru. Siswa akan memusatkan perhatiannya di sekitar masalah tersebut. Dengan begitu siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.
Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu, penggunaan PBL dapat memberikan pengalaman belajar melakukaan kerja ilmiah yang sangat baik kepada siswa. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL ada delapan tahapan (Pannen, 2001: 11), yaitu:
- Identifikasi masalah,
- Mengumpulkan data,
- Analisis data,
- Pemecahan masalah berdasarkan analisis data,
- Memilih cara pemecahan masalah,
- Merencanakan penerapan pemecahan masalah,
- Ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan,
- Melakukan tindakan untuk pemecahan masalah
dimana dalam proses pemecahan masalah sehari-hari, seluruh tahapan terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula ketrampilan seseorang harus mencapai seluruh tahapan tersebut. Selanjutnya langkah mengidentifkasi masalah merupakan tahapan yang sangat penting dalam model pembelajaran Problem Based Learning. Pemilihan masalah yang tepat agar dapat memberikan pengalaman belajar yang mencirikan kerja ilmiah seringkali menjadi masalah bagi guru dan siswa. Artinya, pemilihan masalah yang kurang luas, kurang relevan dengan konteks materi pembelajaran, atau suatu masalah yang sangat menyimpang dengan tingkat berpikir siswa dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, sangat penting adanya pendampingan oleh guru pada tahap ini. Walaupun guru tidak melakukan intervensi terhadap masalah tetapi dapat memfokuskan melalui pertanyaan-pertanyaan agar siswa melakukan refleksi lebih dalam terhadap masalah yang dipilih.
Maka dari itu peran guru disini juga sangat penting sukses-tidaknya proses pembelajaran, dalam hal ini guru harus berperan sebagai fasilitator agar pembelajaran tetap pada bingkai yang direncanakannya. sehingga peran guru selain sebagai fasilitator, guru hendaknya juga menyadari arti penting suatu pertanyaan dalam PBL. Pertanyaan hendaknya berbasis “Why” bukan sekedar “How”. Oleh karena itu, setiap tahap dalam pemecahan masalah, ketrampilan siswa dalam tahap tersebut hendaknya tidak semata-mata ketrampilan “How”, tetapi kemampuan menjelaskan permasalahan dan bagaimana permasalahan dapat terjadi. Tahapan dalam proses pemecahan masalah digunakan sebagai kerangka atau panduan dalam proses belajar melalui model pembelajaran berbasis Problem Based Learning ini.
Itulah model pembelajaran Problem Based Learning atau biasa juga disebut model PBL yang mungkin bisa diterapkan pada pendidikan Indonesia, semoga kedepannya Indonesia bisa menciptakan generasi-generasi emas anak bangsa yang berpengetahuan luas dan tidak melupakan adat orang timur.
Mengenal Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
4/
5
Oleh
Hasanaji